Rabu, 11 Mei 2011

jenis pendekatan strategi

JENIS – JENIS PENDEKATAN
1. Pembelajaran Secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-mas


ing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan kepada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru member bantuan secara umum. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran individual. Pada membaca dalam hati secara individual siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi
(i) Tujuan pengajaran,
(ii) Siswa sebagai subjek yang belajar,
(iii) Guru sebagai pembelajar,
(iv) Program pembelajaran, serta
(v) Orientasi dan tekanan utama dalam peaksanaan pembelajaran.

a. Tujuan Pengajaran pada Pembelajaran secara Individual
Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut system klasikal tampak serupa. Dalam kelas tampak siswa yang rata-rata berjumlah 40 an orang. Guru membantu siswa yang menghadapi kesukaran. Adapun tujuan pembelajaran yang menonjol adalah :
 Pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas. Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individual, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan rata-rata kelas. Siswa menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata kelas.
 Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.

b. Peran Siswa dalam Pembelajaran Individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa;
 keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri,
 kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya,
 keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan,
 siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar,
 siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta
 siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klaskal, tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Pebelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri. Timbul soal berikut ; apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri? hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa dididik untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam beajar sendiri (Monks, Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1989).

c. Peran Guru dalam Pembelajaran secara Individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa:
 Perencanaan kegiatan belajar,
 Ppengorganisasian kegiatan belajar,
 Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan
 Fasilitas yang mempermudah belajar.
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Perenan guru dalam merencanakan kegiatan belajar sebagai berikut :
 Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa; dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa,
 Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar,
 Berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan
 Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul. (Tjipto Utomo & Kees, Ruijter, 1990: 69-83.)
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai berikut:
 Memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu.
 Membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan.
 Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber.
 Membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas dan kebutuhan pebelajar.
 Memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, dan
 Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan belajar.
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.

d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha mem¬perbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampnk kurang efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang mem inta perhatian besar guru, dan hal itu akan melelahkan guru. Dari segi usia pekembangan pebelajar, maka program pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh;
 Umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik,
 Siswa mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik, dan
 Siswa dapat bekerja mandiri dan bekerja sama dengan baik.
Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara indr idual. Bidang studi yang dapat diprogramkan secara individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi bahan ajaran tertentu. Bagi bidang studi musik, kesenian, dan olah raga yang bersifat perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mem pert imbangkan hal-hal berikut:
 Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
 Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa, Prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa,
 Kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa, dan
 Keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.
e. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada se:iap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembelajaran individual, rencana guru berbeda dengan pengajaran klasikal. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan instruktur. (oleh: Ainun Kusuma Ningrum. A.md (2009) on line).

2. Pendekatan Pembelajaran secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi, sebab (i) hubungan antarguru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab, (ii) siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat, serta (iii) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran secara kelompok dapat ditinjau dari segi:
 tujuan pengajaran,
 pebelajar,
 guru sebagai pembelajar,
 program pembelajaran, dan
 orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran.
Uraian selanjutnya di bawah ini:
a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil
Pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran kelompok kecil adalah :
 memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional,
 mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan,
 mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota mcrasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, dan
 mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keteipimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. Sebagai ilustrasi, lomba karya tulis ilmiah kelompok di SMA menimbulkan kerja sama tim, dan sekaligus kompetisi sehat antar-kelompok (Joyce, Bruce & Weil, Marsha, 1980).

b. Peran Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif. Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut:
tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok,
 tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok,
 memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung,
 ada interaksi dari komunikasi antaranggota, serta
 ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.

Dari segi individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ' ini timbullah rasa bangga dan rasa "memiliki" kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja. Siswa dalam kelompok kecil berperan serta dalam tugas-tugas kelompok. Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif, diharapkan :
 anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok; dalam hal ini tindakan individual selalu diperhitungkan sebagai anggota kelompok,
 siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, tiap anggota kelompok membina hubungan akrab yang mendorong timbulnya semangat tim, dan
 kelompok mewujud dalam satuan kerja yang kohesif. Berkelompok memang merupakan kebutuhan individu sebagai makhluk sosial.
Meskipun demikian bertugas dalam suatu kelompok memang harus dididikkan. Dalam berkelompok, maka siswa dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objektif dan benar. Sebagai ilustrasi, regu bola voli SMP akan berjuang memenang-kan kejuaraan lomba voli, sejak tingkat kelas, sekolah SMP sekota, seprovinsi, sampai tingkat nasional. (Schein, 1991 : 205-209.)

c. Peran Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bemiutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok dalair memecahkan masalah. Anggota kelompok yang "berkemampuan tinggi" dijadikan motor penggerak pemecah masalah kelompok.
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari
 pembentukan kelompok,
 perencanaan tugas kelompok,
 pelaksanaan, dan
 evaluasi hasil belajar kelompok.

Pembentukan kelompok kecil merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang pembentukan kelompok yang jelas. Meskipun demikian ada hal yang patut dipenimbangkan. Pertimbangan pembentukan adalah:
 tujuan yang akan diperoleh siswa dalam berkelompok; sebagai ilustrasi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, pcmbinaan disiplin kerja beregu, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, latihan bergotong-royong,
 latar belakang pengalaman siswa, dan
 minat atau pusat perhatian siswa. Dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan, maka guru dapat merekayasa kelompok kecil sebagai alat mendidik tiap anggota kelompok.
Perencanaan tugas kelompok perlu disiapkan oleh guru. Bila di kelas ada delapan kelompok kecil misalnya, maka perlu direncanakan 4-8 tugas. Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok bertugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pcmecahan masalah. Jika guru menghendaki tugas komplementer berarti hams membual beberapa satuan rencana pengajaran. Penyiapan tempat kerja, alat, dan sumber belajar, maupun jadwal penyelenggaraan tugas juga harus direncanakan. Dalam perencanaan tugas kelompok tersebut siswa sebaiknya diikutsertakan.
Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sebagai berikut; (i) pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok; guru memberi informasi lentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria keberhasilan belajar, dan evaluasi, (ii) setelah kelompok memahami tugasnya, maka kelompok melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator. pembimbing, dan pengendali ketertiban kerja, (iii) pada akhir pelajaran, tiap kelompok melaporkan hasil kerja, dan (iv) guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok sebagai satuan, hasil kerja, perilaku dan tata kerja, dan membandingkan dengan kelompok lain. Dalam evaluasi pada tempatnya siswa juga diikutsertakan. Sebagai ilustrasi kelas satu SMP belajar tentang topik "koperasi angkutan kota" di kota A. Guru menginformasikan bahwa anggota koperasi angkutan tersebut terdiri dari pcmilik kcndaraan dan sopir angkutan. Kelas dibagi menjadi lima kelompok belajar, sesuai dengan hal yang diurusi koperasi. Hal-hal yang diurusi adalah kesejahteraan anggota, pemeliharaan kendaraan, jaringan angkutan, pendidikan anggota, dan lainnya. Tiap siswa dalam kelompok mempelajari hal tertentu. Siswa mempelajari topik tersebut selama empat minggu belajar. Pada minggu kelima diadakan laporan hasil kerja kelompok dan diskusi kelas. Guru, kelompok, dan anggota kelompok melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. Kelas yang berisi empat puluhan siswa adalah kelompok besar. Bagi guru, perhatian terhadap empat puluhan siswa dalam waktu serempak bukanlah mudah. Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran "antara" untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat ditempuh gum dengan jalan (i) membagi kelas kc dalam beberapa kelompok kecil; sebagai ilustrasi empat puluh siswa dibagi dalam delapan kelompok kecil, atau (ii) membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan berkelompok kecil; dalam hal ini guru perlu mencegah terjadinya perilaku siswa sebaeai parasit belajar, dan ketakmampuan kerja kelompok.
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan ufama pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan keterpimpipan. Kedua keterampilan tersebut, memimpin dan terpimpin, periu dipelajari oleh tiap siswa. Dalam masyarakat modem keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam kehidupan.
Oleh: Novi Dianti (2009) On line.

3. Pendekatan Bervariasi
a. Pengertian Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu posisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar dan anak didik yang lain kurang bergairah belajar.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif. Bila terjadi perubahan, suasana kelas sulit di normalkan kembali. Akibatnya jalannya pelajaran kurang efektif. Efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang berkonsentrasi. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali memakai satu metode.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka bicara, akan berbeda pemecahannya. Demikian juga halnya dengan anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang berbeda. Pendekatan dalam teknik pemecahan kasusu itulah dalam kasusu ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.

 Kelebihan Pendekatan Bervariasi
1. Guru bebas menggunakan metode apa saja yang diinginkan asal anak didiknya lebih memahami materi yang diberikan.
2. Dapat meningkatkan perolehan prestasi belajar siswa.

 Kelemahan Pendekatan Bervariasi
1. Karena perbedaan daya tangkap anak, terkadang pendekatan yang bervariasii tersebut justru tidak cocik dengan sebagian anak didik.
2. Membutuhkan kejelian para guru untuk menentukan pendekatan yang bagaimana yang cocok diterapkan untuk anak didiknya.

 Langkah-langkah Pendekatan Bervariasi
1. Guru menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
2. Guru menyampaikan materi pelajaran.
3. Siswa mendengarkan materi pelajaran.
4. Kesimpulan.
b. Aplikasi Metode Pendekatan Bervariasi pada Pelajaran Biologi
Guru telah mempersiapkan semua komponen pembelajaran, namun belum efektif dalam pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang biologi tampak belum baik. Selain itu, kemampuan akademik siswa berperan penting pada hasil belajar siswa.
Hasil penelitian Pendekatan Bervariasi pada Pelajaran Biologi siswa di SMA rata-rata menunjukkan bahwa strategi pembelajaran ini berpotensi meningkatkan semangat pembelajaran siswa karena guru memahami pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan daya tangkap anak didiknya.
(Oleh. Meriana Susanti (2010) on line)

4.Pendekatan Edukatif

Berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekai dengan pendekatanindividual, ada juga yang dapat didekati dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang dapat didekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang pentinguntuk diingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, begitu juga dengan pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilaiedukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah,kesal, benci, dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apayang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di depan, ada lagi pendekatan- pendekatan lain.

5. P e n d e k a t a n K e a g a m a a n

Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi manjadi mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama. Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenis mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaan tidak sembarangan,tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan. Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal inidimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi atausosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yangsesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi ada hubungannya.Cukup banyak dalil agama yang membahas masalah biologi. Persoalannya sekarang terletak, mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut mencari dan menggali dalil-dalil dimaksud dan menafsirkannya guna mendukung penggunan pendekatan keagamaan dalam pendidikan dan pengajaran. Surah yaasiin, ayat 34,dan ayat 36, adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa dipisakhan dariajaran agama. Surah yaasiin ayat 37, 38, 39 dan 40 adalah dalil-dalil nyata pendukung pendekatan keagamaan dalam mata pelajaran fisik.7

Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecilkerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati dandiamalkan selama hayat siswa di kandung badan.

6. Pendekatan Kebermaknaan

Bahasa adalah alat untuk menyampaikn dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bnagsa lain di dunia.Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yangharus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalahkurang tepatnya pendektan yang digunakan oleh guru selain factor lain sepertifactor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karenakan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yangdimasukinya. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternative kearah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.
Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan inidiuraikan sebagai berikut:

1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkanmelalui struktur (tata cara dan kosa kata). Dengan demikian, struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapatdan perasaan)
2. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural, didukung oleh pemahaman lintas budaya
3. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tulisan. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat itu digunakan. Jadi keraguan ujaran diakui keberadaannya dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan.
4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomuniksi melalui bahasatersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
5. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukankeberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranmemiliki siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memliki peranan yang amat penting dalam keberhasilan belajar siswa.
6. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran manjadi lebih bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya. Karena itu, pengalam siswa dalam lingkungan, minat,tata nilai, dan masa depannya harus dijadikan pertimbnagan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelejaran lebih bermakna bagi siswa.
7. Dalam proses belajar-mengajar, siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan merekaharus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran
8. Dalam proses belajar-mengajar guru berperan sebagai fasilitator yangmembantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkanke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun,2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
 Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
 Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
 Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akandtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
 Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokanukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
 Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
 Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yangdipandang paling efektif.
 Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,metode dan teknik pembelajaran.
 Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan ataukriteria dan ukuran baku keberhasilan.






DAFTAR PUSTAKA

http://www.mitraahmad.net/buku- berbagai_pendekatan_dalam_proses_belajar_dan_mengajar_bma-1137.htmlhttp://www.g-excess.com/id/berbagai-pendekatan-dalam-belajar-mengajar.html

Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Renika Cipta:Banjar Masin, Cet II, 1995

Santosa, puji,dkk.2007.Jenis-jenis pendekatan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sarumpaes, Riris Z, Toha.2008.Tentang kontekstual anak. Yogyakarta: Pustaka

Ainun Kusuma Ningrum. A.Md.(2009). On line



















BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENCAPAIAN PROTES PEMBELAJARAN











OLEH: KELOMPOK 3
1. LUKMAN 1054004 572 10
2. ASBAR 1054004 573 10
3. RADIATUL ADAWIAH 1054004 571 10
4. SUMARNI 1054004 574 10
5. UMMYL JUARIA 1054004 575 10
6. SATRI MANDASRI 1054004 597 10



J U R U S A N P E N DI D I K A N G U R U S E K O L A H D A S A R
F A K U L T A S K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N
U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H M A K A S S A R
2 0 1 1

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons