Rabu, 18 Mei 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan bahasa Indonesia bagi siswa dan mahasiswa di Indonesia sangat beragam walaupun bahasa indonesia itu telah diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Banyak siswa atau mahasiswa yang menganggap bahwa bahasa Indonesia adalah yang biasa saja atau gampang, namun apa yang terjadi di lingkungan kita diantara semua mana pelajaran yang di Ujian Nasionalkan target yang di capai siswa untuk nilai bahasa Indonesia mendapat nilai pling rendah diantara mata ujian yang lain bahkan sebagian besar tidak lulus di mata ujian tersebut. Kemampuan guru di dalam menyampaikan pembelajaran, pendekatan dan strategi yang digunakan, sarana dan prasarana belajar, lingkungan, motivasi belajar siswa. Khusus menyangkut strategi pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam sejarah penyelenggaraan pendidikan di negara kita, tercatat sebanyak lima kali perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berbarengan dengan perubahan strategi belajar mengajar.
Penerapan strategi pembelajaran tertentu dengan memperhatikan kebutuhan, karakteristik mahasiswa, tujuan, kemampuan dasar, dan kesukaan belajar memberi kontribusi besar terhadap pemerolehan bahasa Indonesia. Dengan demikian penulis dapat menyusun makalah dengan judul “Pendekatan, Strategi dan Teknik pembelajaran Bahasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis dapat mengemukakan beberapa poin rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan, strategi dan teknik yang dipakai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan pembelajaran di kalangan perguruan tinggi?
3. Apa sajakah metode yang di pakai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil manfaat penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pendekatan, strategi dan teknik yang dipakai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan pembelajaran di kalangan perguruan tinggi.
3. Untuk mengetahui metode yang di pakai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini yaitu:
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat lebih mengetahui tentang pendekatan, strategi, dan teknik pembelajaran bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi pengajar diharapkan dapat lebih memahami tentang bagaimana pendekatan, strategi, dan teknik dalam penerapan pembelajaran.




BAB II
PENDEKATAN, STRATEGI, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA
A. Pendekatan, Strategi, dan Teknik yang Dipakai dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
1.PENDEKATAN DALAM BAHASA
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan merupakan sebuah asumsi yang berkaitan dengan sifat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Pendekatan menguraikan sifat pokok bahasa yang diajarkan (Pateda,1991: 97).
Secara teknis, pendekatan dapat pula diartikan cara pandang persoalan. Hal ini, pendekatan dijadikan sebuah teori landasan untuk menganalisis persoalan (Pateda,1991: 97). Dengan kata lain, pendekatan merupakan langkah awal dalam memulai pelajaran (Asani,1987: 58).
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berarti cara pandang pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan konsep tertentu tentang bahasa Indonesia. Sebelum guru menentukan sebuah pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ia perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Menurut Pateda (1991: 124), faktor-faktor tersebut adalah:
(1) tujuan pembelajaran,
(2) subjek belajar atau siswa,
(3) bahan ajar,
(4) kesediaan alat atau media pemmbelajaran yang tersedia,
(5) keterampilan menggunakan pendekatan, dan
(6) alokasi waktu yang disediakan.
MACAM-MACAM PENDEKATAN
1. Pendekatan Induktif
a. Dipelopori oleh aliran pemikiran behaviorisme.
b. Dimulai dengan contoh-contoh khusus.
c. kesimpulan umum.
d. Memberi peluang kepada pelajar membuat kesimpulan sendiri.
e. Bermatlamatkan kepada pembentukan kebiasaan dan menekankan kepada pengulangan.
f. Untuk mendapatkan hokum.
Konsep-konsep pendktn induktif :
a. Mempelbagaikan perbendaharaan kata untuk mendapatkan hukum
b. Memperkenalkan pengetahuan & pengalaman
c. Mengakumulasikan maklumat utk m’btk hukum
d. Membentuk kesimpulan drpd cth-cth tertentu
2. Pendekatan Eklektik
Pendekatan eklektik merupakan gabungan daripada dua pendekatan lain iaitu pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan eklektik bermaksud pengajaran disampaikan dengan menggabungkan semua atau sebahagian daripada ciri-ciri sesuatu kaedah ke dalam kaedah yang baru.
a. Pengajaran eklektik amat penting dalam membantu meningkatkan kemahiran mengeja dan juga kemahiran membaca dalam kalangan kanak-kanak.
b. Pendekatan eklektik digunakan apabila sesuatu pengajaran memerlukan guru menggunakan berbagai-bagai pendekatan tidak hanya dengan penggunaan satu bidang pendekatan yang mirip kepada satu teori sahaja.
c. Teori eklektik berpegang kepada satu fahaman bahawa kaedah yang baik diterap dari berbagai-bagai sistem dan pendekatan.
d. Pendekatan eklektik merupakan satu usaha bagi menyatukan cara hubungan yang rapat di antara berbagai-bagai pendekatan.
e. Usaha ini juga berkaitan dengan cara bagi merapatkan ke arah satu pertemuan yang baik dalam penggunaan pendekatan tersebut
f. Cara yang demikian merupakan satu permulaan bagi menggabungkan kaedah yang pelbagai itu ke arah satu sistem yang munasabah untuk dilaksanakan ke dalam proses pengajaran.
g. Walau bagaimanapun penggabungan tidak boleh disamakan dengan teori eklektik, tetapi di antara satu kaedah dalam teori eklektik adalah penggabungan.
3. Pendekatan Deduktif
a. Pendekatan ini selaras dengan teori pembelajaran Gestalt.
b. Pengajaran dengan mengemukakan generalisasi dan kemudian diikuti oleh contoh-contoh.
c. Bematlamatkan pemerolehan struktur kognitif.
d. Pendekatan ini lebih banyak menekankan aspek tulisan.
Prinsip-prinsip pendekatan deduktif
1. Generalisasi pada permulaan pengajaran mestilah dinyatakan secara eksplisit.
2. Contoh-contoh yang digunakan mestilah sesuai dan mencukupi.
3. Contoh tidak harus datang dari guru saja tetapi juga dari murid.
4. Contoh mesti betul supaya murid dapat meniru & menghasilkan contoh yang lain.
5. Pemahaman generalisasi murid mesti dinilai melalui berbagai cara.
Kelebihan:
a. Cara yang mudah untuk menyampaikan isi pelajaran.
b. Menjimatkan masa dan tenaga, tidak perlu membuat banyak persediaan.
c. Pendekatan ini patut dan sesuai digunakan oleh kerana secara tradisinya, guru patut memberikan penerangan sebelum memulakan pengajaran dan pembelajaran.
4. Pendekatan Behavioristik
Pendekatan behavioristik berpangkal dari pandangan penganut aliran linguistik struktural. Pendekatan ini beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriah saja. Sejalan dengan hal itu, pendekatan struktural memandang bahasa sebagaii bentuk ujaran.
5. Pendekatan Mentalistik
Pendekatan mentalistik erat hubungannya dengan psikologi. Pendekatan ini berasumsi bahwa anak lahir sudah mempunyai kemampuan untuk berbahasa. Secara alamiah, walaupun tidak berlatih, anak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa. Menurut Pateda (1991: 101), setiap anak yang lahir telah membawa kelengkapan bahasa yakni struktur dan fungsi bahasa yang akan digunakan. Anak lahir telah memiliki sejumlah pola dasar relasi gramatikal dan kategori, seperti subjek, kata kerja, kata benda, objek, elemen penentu, dan pemandu (Pateda, 1991: 101).
6. Pendekatan Community Langue Learning

Pendekatan community language leraning dapat diartikan suatu pendekatan dengan melibatkan anak didik dalam interaksi sosial yang bertujuan untuk melakukan instropeksi diri mengenal penguasaan bahasa yang dimiliki. Brown (1980) mengatakan bahwa kalau seorang ber¬interaksi (apabila masyarakat yang dimasuki baru), maka sela¬lu muncul perasaan tidak aman, terancam, keragu-raguan dan konflik yang secara sadar atau tidak menghalangi kita untuk berinteraksi. Berdasarkan konsep itu, Community Language Learning mengisyaratkan agar guru bertindak sebagai konselor, hanya bertugas membimbing, mengarahkan, memberikan motivasi agar perasaan-perasaan tadi dapat dikurangi. Konse¬lor tidak boleh menghukum, menyalahkan, apalagi mencaci maki (Pateda, 1991: 104).
7. Pendekatan Total Physical Response
Total Physical Response dipadankan dalam bahasa Indo¬nesia menjadi respon fisik total ”tanggapan gerak badaniah atau reaksi psikomotorik total”, yaitu konsep pendekatan yang diciptakan oleh James J. Asher (Pateda, 1991: 109)
Menurut Asher dalam Dardjowidjojo (1987; 194) landasan yang melandasi TPR adalah suatu asumsi bahwa asimilasi informasi dan keterampilan bisa ditingkatkan secara bermakna apa¬bila kita memanfaatkan sistem sensori kinestik.
Pateda (1991: 111) memberikan penjelasan bahwa tujuan pendekatan Total Physical Response ini ialah agar si terdidik segera memperoleh kemampuan untuk menggu¬nakan bahasa secara lisan, maka hampir semua bahan pelaj’a¬ran diberikan dalam bentuk kalimat imperative.
8. Pendekatan The Natural Approach
Pendekatan The Natural Approach, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai pendekatan alamiah. Pendekatan ini pada mulanya memanfaatkan metode langsung (direct method) tetapi lama-kelamaan terpengaruh oleh metode pemerolehan bahasa.
Dardjowidjojo dalam Pateda (1991: 113) menjelaskan bah¬wa istilah Natural Approach didasarkan atas pandangan bahwa ketuntasan suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada pemero¬lehan bahasa itu dalam konteks yang alamiah dan kurang pada pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar dipelajari satu persatu.
Pendekatan natural approach muncul dengan maksud untuk mengembang¬kan kemampuan dasar berkomunikasi. Sedangkan tekanan penga¬jarannya pada bidang kosa kata. Unsur gramatikal dan lafal kurang mendapat perhatian. Dengan kata lain, waktu di kelas dimanfaatkan untuk melatih komprehensi yang mendukung peme-rolehan bahasa.
9. Pendekatan The silent Way
Menurut Dardiowidjojo pendekatan The Silent Way disebut juga pendekatan tutup mulut atau diam. Pendekatan yang pertama kali diperkenalkan oleh Gattegno pada tahun 1954 ini, terilhami oleh sikap dirinya sebagai orang ahli matematika. Dari latar belakang tersebut, barang kali membuatnya konsep seorang guru harus banyak tutup mu¬luat atau diam. Siswalah yang, seharusnya banyak bicara dan banyak bekerja (Pateda, 1991: 115).
Djunaidi (1937: 50 ) menyatakan bahwa di dalam pende¬katan The Silent Way, guru sebaiknya diam untuk memberikan kesempatan kepada si terdidik untuk mengemukakan pendapat¬nya. Proses pembelajaran bahasa sebaiknya dilaksanakan sen¬diri oleh si terdidik di kelas. Harried (1987) dalam Pateda (1991: 116), menambahkan bahwa penghargaan terhadap kapasitas si terdidik untuk bergumul dengan masalah bahasa dan mengingat informasi sendiri tanpa verbalisasi dan dengan bantuan minimal dari guru.
10. Pendekatan Komunikatif
Berbahasa adalah menggunakan bahasa untuk berkomunika¬si, yaitu menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain, dari pembicara/penulis kepada pendengar/pembaca. Na¬mun dalam praktik pengajaran bahasa, sering kita lupakan fungsi komunikasi bahasa itu, sehingga yang diajarkan ialah pengetahuan tentang bahasa dan bukan keterampilan menggunakan bahasa untuk maksud komunikasi (GBPP 1094, 1989: viii).
Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa bermula dari suatu teori yang memandang bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Tujuan pengajaran bahasa ialah mengembangkan apa yang oleh Hymes (1972) diacu sebagai kompetensi komunikatif.
Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kegiatan berbahasa berdasarkan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar keterampilan berbicara maka ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi kegiatan tersebut tetap difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas berbicara.
2. STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif.
MACAM-MACAM STRATEGI
Strategi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a. Strategi Mengulang (Rehearsal)
Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).
b. Strategi Elaborasi
Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian.(Nur,2000:30). Strategi ini dapat dibedakan menjadi : 1). Notetaking (pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama.Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca, 2) Analogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara cirri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer dan 3) Metode PQ4R adalah preview,question, read, reflect, recite dan review. Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian informasi bermakna dan melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif.
c. Strategi Organisasi
Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng-organisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi : 1). Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama, 2). Pemetaan ( mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, 3) Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu : a). Chunking (pemotongan) b). Akronim (singkatan), c). Kata berkait (Link-work) : suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing.Blog dengan ID 33471 Tidak ada .
d. Strategi Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar.(Arends, 1997:260). Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu (1) pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. (Nur, 2000:41)
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi Pembelajaran Bahasa Lisan-Tulis
Pengajaran keterampilan berbahasa tulis-lisan adalah pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa tulis. Artinya, pembelajaran ini dapat dimulai dari keterampilan membaca dilanjutkan dengan berbicara dan menyimak atau dimulai dari menulis ke berbicara dan menyimak.
Materi pembelajaran yang akan ditampilkan harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama-tama, materi harus relevan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Selain itu, materi yang akan disajikan harus memenuhi kriteria perkembangan dan kemampuan kognitif siswa. Materi yang baik adalah materi yang berguna bagi siswa. Artinya, materi tersebut dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan dapat dimanfaatkannya kelak sebagai anggota masyarakat. Materi pembelajaran juga harus dapat menarik dan merangsang aktivitas siswa dalam belajar. Sebelum disampaikan kepada siswa, bahan-bahan harus disusun secara sistematis dengan memperhatikan prinsip pembelajaran, yaitu bertahap dan berjenjang.
Penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbahasa lebih menekankan pada penilaian proses, kemudian penilaian hasil belajar. Instrumen atau alat penilaian proses dapat berupa format observasi dan portofolio, sedangkan untuk penilaian hasil guru harus membuat format penilaian untuk menilai kemampuan berbahasa siswa (menyimak, berbicara, membaca atau menulis).
Tujuan pengajaran keterampilan berbahasa adalah menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil membaca, terampil berbicara, dan terampil menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika merumuskan tujuan pembelajaran berbahasa lisan-tulis, yaitu perumusan tujuan pembelajaran sebaiknya diawali untuk mencapai kemampuan berbahasa secara reseptif (menyimak), kemudian diikuti dengan pencapaian tujuan produktif (menulis). Pencapaian tujuan pembelajaran berbahasa yang menyeluruh ini menggambarkan bahwa pembelajaran berbahasa, seperti ini merupakan desain pembelajaran berbahasa dengan pendekatan keterpaduan (integratif).

3 TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA
Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional.
Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain:
(1) ceramah,
(2) tanya—jawab,
(3) diskusi,
(4) pemebrian tugas dan resitasi,
(5) demonstrasi dan eksperimen,
(6) meramu pendapat (brainstorming),
(7) mengajar di laboratorium,
(8) induktif, inkuiri, dan diskoveri,
(9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif,
(10) simulasi, main peran, dan sosio-drama,
(11) karya wisata dan bermain-main, dan
(12) eklektik, campuran, dan serta-merta.
a. Jenis-jenis teknik : (menurut Kamarudin Hj. Husin,1988 )
1. Teknik main peranan
2. Teknik permainan bahasa
3. Teknik latih tubi
4. Teknik bercerita
5. Teknik inkuiri
6. Teknik perbahasan
7. Teknik kuiz
8. Teknik sumbangsaran
9. Teknik soal jawab
10. Teknik simulasi
11. Teknik drama
12. Teknik perbincangan
b. Teknik berbincang
1. teknik pengajaran yang berbentuk perbualan dan ia dilakukan di kalangan kanak-kanak di bawah penyeliaan dan kawalan guru.
2. Teknik brainstorming
3. teknik yang berbentuk perbincangan
4. Kanak-kanak digalakkan berfikir secara kreatif dan aktif untuk menghuraikan pendapatnya.
c. Teknik soal jawab
1. teknik yang kerap digunakan oleh guru.
2. Ia mewujudkan interaksi antara guru dengan kanak-kanak.
3. Teknik ini dilaksanakan dengan cara guru bertanyakan soalan dan kanak-kanak akan menjawab soalan tersebut.
4. Mempunyai aras kesukaran soalan
d. Teknik main peranan
1. teknik yang melibatkan gambaran-gambaran murid terhadap sesuatu situasi atau keadaan dan melakonkannya tanpa sebarang bantuan skrip.
2. pengalaman secara spontan.
e. Teknik bercerita
1. Guru memilih cerita yang sesuai dengan kanak-kanak dan isi pengajaran yang hendak disampaikan.
2. Guru bercerita dalam keadaan yang selesa dan berikan penekanan kepada aspek-aspek bahasa yang hendap diajarkan.
f. Teknik tunjuk cara
1. sesuai digunakan terutama dalam proses pengajaran yang memerlukan kanak-kanak bertutur dengan menggunakan ayat-ayat yang betul dan sempurna.
2. Di samping menunjuk cara, kanak-kanak diminta untuk menerangkannya melalui bahasa yang baik.
3. Sebelum kanak-kanak menunjuk cara, guru perlulah menerangkan maksud tunjuk cara tersebut dan perkara-perkara yang harus dicakapkan.
g. Teknik penyelesaian masalah
Teknik pembelajaran yang dilaksanakan di bawah penyeliyaan guru. Kanak-kanak diberi masalah dan cuba menyelesaikan masalah tersebut.
h. Teknik latih tubi
pengulangan fakta-fakta yang telah dipelajari. Tujuannya adalah untuk mencapai taraf penguasaan kemahiran tersebut dan di samping itu, untuk menjamin kekekalannya.
i. Teknik permainan bahasa
guru membentuk satu situasi yang memerlukan kanak-kanak menggunakan bahasa yang ada pada mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas permainan yang diberi.
Secara keseluruhannya, pendekatan adalah bersifat aksiomatik dan menggambarkan hakikat bahasa dan proses belajar bahasa yang dijadikan landasan untuk menyusun kaedah mengajar. Kaedah pula adalah bersifat prosedur dan teknik merupakan perlaksanaan kaedah dalam kelas.

B. Metode yang Dipakai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.
Jenis-jenis Metode Mengajar
1. Metode ceramah merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
2. Metode tanya jawab merupakan metode mengajar di mana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual.
3. Metode diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.
4. Metode kerja kelompok, dengan metode ini siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Metode demonstrasi dan eksperimen, dengan demonstrasi guru atau narasumber atau siswa mengadakan suatu percobaan.
6. Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan metode mengajar dengan cara mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.
7. Metode pemberian tugas belajar dan resitasi, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari kemudian melaporkan hasilnya.
8. Metode karyawisata, merupakan suatu metode mengajar di mana guru mengajak siswa ke suatu objek tertentu dalam kaitannya dengan mata pelajaran di sekolah.
9. Drill atau pemberian latihan merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang dipelajari.
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode mengajar yang mendorong siswa mencari dan memecahkan persoala
Metode-metode Mengajar secara Kelompok
Selain metode mengajar yang biasa dilakukan guru di dalam kelas, guru juga perlu mengenal metode-metode mengajar secara kelompok. Metode tersebut, antara lain berikut ini.
1. Seminar merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah walaupun yang dibahas adalah masalah kehidupan sehari-hari. Pembahasan bertitik tolak dari suatu kertas kerja (makalah), dan akhirnya diambil suatu kesimpulan.
2. Simposium merupakan serangkaian pidato pendek di depan pengunjung. Di bawah seorang pimpinan, simposium menampilkan beberapa orang pembicara yang mengemukakan pandangan dari segi yang berbeda tentang suatu topik yang sama. Biasanya pembicara terdiri dan pembahas utama dan penyanggah, yang hasilnya disebarluaskan.
3. Forum merupakan suatu gelanggang terbuka, yang memberi kesempatan berbicara kepada khalayak yang ditekankan pada pengungkapan pikiran dan perasaan. Pada akhirnya pimpinan forum mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
4. Panel merupakan diskusi yang terdiri dari para ahli yang dianggap sebagai regu guru. Panelis terdiri dari 3 - 6 orang di bawah seorang moderator. Pada diskusi panel, tidak diambil suatu kesimpulan.
5. Musyawarah kerja merupakan pertemuan antara sekelompok massa tertentu yang berkecimpung dalam bidang kerja sejenis. Raker ini bermaksud untuk tukar pengalaman, mengevaluasi program yang telah dilaksanakan atau untuk mengembangkan sesuatu yang baru.
6. Simulasi merupakan suatu metode mengajar yang bertujuan memberikan pengalaman kepada pembelajar mempelajari suatu keterampilan tertentu, dalam situasi yang sengaja diciptakan sesuai keadaan riil.
Metode Pembelajaran Menyimak
Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik di antara metode-metode yang lain. Setiap metode memiliki karakteristik tertentu dengan segala keunggulan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, materi tertentu, serta situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak baik untuk kondisi yang lain. Adakalanya juga suatu metode sangat ampuh bila digunakan oleh pengajar tertentu, tetapi tidak bagi yang lain.
Sesuai dengan prinsip dasar bahwa proses pembelajaran itu adalah sebuah sistem, berikut ini akan disampaikan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan pemilihan metode pembelajaran:
1. karakteristik siswa (raw input);
2. karakteristik lingkungan (environmental input);
3. karakteristik bahan, media, dan instrumen pendukung yang lain (instrumental input);
4. butir-butir tujuan yang diharapkan tercapai dari suatu proses pembelajaran (output).

Adapun metode pembelajaran menyimak yang dapat Anda pilih adalah sebagai berikut.
1. Simak-terka.
2. Simak-tulis.
3. Memperluas kalimat.
4. Identifikasi kata kunci.
5. Identifikasi kalimat topik.
6. Menjawab pertanyaan.
7. Menyelesaikan cerita.
8. Merangkum.
9. Parafrase.
JENIS-JENIS METODE DALAM BAHASA INDONESIA
1) Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
2) Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan.
Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.
3) Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.
Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.
4) Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.
5) Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
6) Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.
Berikut langkah-langkah metode membaca:
(1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat
(2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)
(3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
(4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru
(5) Pembicaraan kosakata yang relevan
(6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.
7) Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
8) Metode Kuantum
Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung.
Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

9) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.
10) Metode Alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
11) Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
12) Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.

C. Cara Menyamakan Kedudukan Bahasa Asing dengan Bahasa Nasional

Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia merupakan bahasa asing pertama. Kedudukan tersebut berbeda dengan bahasa kedua. Mustafa dalam hal ini menyatakan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari anak setelah bahasa ibunya dengan ciri bahasa tersebut digunakan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial. Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia tersebut mengakibatkan jarang digunakannya Bahasa Inggris dalam interaksi sosial di lingkungan anak. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris karena pemerolehan bahasa asing bagi anak berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan program pembelajaran dengan pengantar Bahasa Inggris tersebut mendapat berbagai kendala mengingat kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia sebagai first foreign languange (bahasa asing pertama). Artinya, Bahasa Inggris hanya menjadi bahasa pada kalangan tertentu, tidak digunakan oleh masyarakat umum seperti jika kedudukannya sebagai bahasa kedua. Hal ini menyebabkan kurangnnya interaksi anak terhadap Bahasa Inggris. Selain itu terdapat juga berbagai pendapat mengenai pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing yang bisa mempengaruhi perkembangan bahasa ibu.
Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa secara umum terjadi masalah jika anak dikenalkan pada dua bahasa secara bersamaan pada usia dini. Terutama ketika dikenalkan pada usia pra sekolah setelah bahasa ibu sudah sering digunakan. Pendapat lainnya menjelaskan bahwa jika bahasa kedua dikenalkan sebelum bahasa pertama benar-benar terkuasai, maka bahasa pertama perkembangannya akan lambat dan bahkan mengalami regresi. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa bahasa kedua akan terperoleh ketika bahasa pertama sudah dikuasai.
Berbagai pendapat tersebut menjadi permasalahan tersendiri mengenai pembelajaran anak usia dini yang menggunakan Bahasa Inggris dalam konteks Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia. Perlu pengembangan program yang mapan dan berkesinambungan untuk menciptakan suatau program yang memang efektif untuk diterapkan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia, mengingat kedudukan Bahasa Inggris itu sendiri sebagai first foreign language.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak “Soempah Pemoeda”, 28 Oktober 1928, yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda sepakat untuk mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda melihat bahwa bahasa Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan.
Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi karena bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya pemakaian alat perhubungan umum, bertambah banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang lain karena mutasi tugas atau inisiatif sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan. Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun terus dibina dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering diadopsi, padahal istilah.kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.
Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional (antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah. Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah nasional dan dalam situasi formal, berkecenderungan menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi, di antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup jauh,misalnya antara bawahan – atasan, mahasiswa – dosen, kepala dinas – bupati atau walikota, kepala desa – camat, dan sebagainya.
Dalam hubungannya sebagai bahasa budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat yang memungkinkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang membedakannya dengan kebudayaan daerah. Saat ini bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial budaya nasional. Pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan kedudukannya sebagai bahasa budaya. Di samping itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuna dan teknologi (iptek) untuk kepentingan pembangunan nasional. Penyebarluasan iptek dan pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan iptek.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan merupakan sebuah asumsi yang berkaitan dengan sifat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Pendekatan menguraikan sifat pokok bahasa yang diajarkan (Pateda,1991: 97).
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula.


B. Saran


Sebaiknya di harapkan bagi para pengajar agar lebih mengetahui dan memahami pendekatan strategi dan teknik pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://yassamitha.wordpress.com/2010/001/20/macam-macam-pendekatan--pembelajaran-bahasa-indonesia-di-sd/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/macam-macam-strategi-belajar.html
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=149:pbin-4301-strategi-pembelajaran-bahasa-indonesia&catid=30:fkip&itemid=7!
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons